Sabtu, 30 April 2011

Siapa Radikal, Siapa Teroris?: Rancunya Istilah Islam Radikal

“Bangsa Indonesia saat ini menghadapi ancaman serius terkait dengan terorisme, kekerasan horizontal, dan radikalisasi yang terus terjadi di sejumlah tempat. Jika tak ditanggulangi secara serius, kondisi ini bisa berdampak pada harmoni kehidupan bangsa ke depan.”

Jumat, 29 April 2011

Ormas Islam: NII Tak Lepas dari Usaha Politik Pihak Tertentu Demi Kepentingan Politik Kekuasaan

Setelah melakukan diskusi dan mencapai kesamaan sikap, lima belas Ormas Islam menyatakan keprihatinan mendalam atas gencarnya isu NII yang meresahkan umat. Bertempat di kantor PP Muhammadiyah Jakarta, lima belas Ormas Islam yang diwakili Persatuan Islam atau Persis menyatakan beberapa ungkapan keprihatinan.

Pertama, Ormas Islam prihatin dengan merajalelanya tindakan kriminal oleh NII Komandemen Wilayah atau KW 9. “Tindakan NII KW 9 ini meresahkan dan dinilai dipelihara oleh pihak tertentu,” ucap Irfan Safrudin sebagai juru bicara Ormas Islam yang di antaranya PP Muhammadiyah, Persis, Dewan Dakwah Islamiyah, Syarikat Islam, PII, Kahmi, dan lain-lain.

Kedua, sangat bersimpati terhadap masyarakat yang menjadi korban kriminal NII, baik berupa kerugian harta maupun kehilangan anak-anak dan anggota keluarga.

“Tindakan NII ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan amanah, jujur, dan tanggung jawab mematuhi hukum yang berlaku dan menghormati orang tua,” ujar Irfan Safrudin. “Gerakan ini juga dinilai dipelihara pihak tertentu dengan sistematis untuk mendukung tujuan-tujuan tertentu,” tambahnya.

Ketiga, masih menurut Irfan Safrudin, gerakan NII tidak terlepas dari usaha politik pihak tertentu yang secara sistematis memelihara dan mendukung eksistensinya demi kepentingan politik kekuasaan. “Politisasi gerakan NII telah mendiskreditkan dan merusak citra politik umat Islam,” tegas Irfan. “Oleh karena itu, pemerintah didesak menindak penggerak NII KW 9 ini!”

Keempat, Ormas Islam mendesak pemerintah untuk menindak tegas gerakan NII berlaku untuk pelaku dan penggerak, baik figur maupun institusi yang diduga keras mendukung gerakan NII. “Kami mengingatkan pemerintah untuk tidak melupakan isu-isu penting kebangsaan, seperti pemberantasan korupsi, penegakan hukum, pengentasan kemiskinan, dan lain-lain,” papar Irfan Safrudin. Mh

http://eramuslim.com

Kamis, 28 April 2011

Teroris, Bom Bunuh Diri, NII, dan Pemilu 2014

Hari-hari bangsa Indonesia terus disuguhi adegan dan drama tentang bom bunuh diri, teroris, dan sekarang NII. Dari perisitwa ini dibentuk opini melalui media. Dengan skala yang massive. Ada ancaman teroris, bom bunuh diri, dan sekarang kelompok NII.

Rakyat terus disuguhi opini yang mengancam, menakutkan, dan perlunya tindakan preventif, serta perlunya melakukan tindakan repressif terhadap sumber ancaman. Teroris yang melakukan bom bunuh diri, terus disebarkan melalui media massa, yang berulang-ulang disertai dengan opini dari orang-orang yang disebut sebagai "pakar". Semuanya tujuannya untuk membenarkan bahwa Indonesia sedang dalam bahaya. Indonesia dalam ancaman teroris yang akut.

Presiden SBY menyatakan, Indonesia "siaga satu", karena begitu gentingnya negara ini, akibat ancaman teroris. Genting, karena dalam skala tertentu sudah membahayakan negara. Seperti peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Masjid Adz-Dzikro, Mapolres, Cirebon, yang berlangsung saat shalat Jum'at. Peristiwa di Mapolres Cirebon itu mengakibatkan puluhan korban luka-luka, dan menewaskan pelakunya, Mohamad Syarif.

Sebelumnya, terjadi ledakan di Utan Kayu, di Radio 68, yang menjadi tempat mangkal kelompok JIL (Jaringan Islam Liberal), dan dikaitkan dengan sasarannya Ketua JIL Ulil Abshor yang sekarang menjadi salah satu Ketua Partai Demokrat.

Dari ledakan "bom buku" di Utan Kayu itu, justru sekarang aparat Densus 88, telah menangkap puluhan orang, termasuk yang dituduh sebagai dalang "bom buku", yang tak lain alumni IAIN Ciputat, Pepi Fernando. Tentu, tak pernah di prediksi bagaimana IAIN Ciputat, yang selama ini dikenal gudangnya kaum "sekuler", tiba-tiba melahirkan kader-kader yang menjadi pelaku "bom"?

Pepi sendiri selama di IAIN tidak dikenal sebagai aktivis gerakan Islam. Pepi lebih dikenal sebagai anak "hura-hura", dan berkerja sebagai sutradara infotaiment, dan sekarang menjadi sosok yang sangat menakutkan, menjadi "mastermind" pelaku pemboman. Inilah yang menjadi teka-teki publik. Pepi sendiri mempunyai seorang isteri yang dikabarkan bekerja di BNN (Badan Narkotika Nasional), yang dipimpin oleh mantan Kepala Densus 88, Gories Mere, yang sekarang menjadi kepala BNN.

Di tengah-tengah situasi dan kondisi yang masih serba semrawut di bidang keamanan ini, muncul yang tak kalah heboh. Media massa melansir tentang NII, yang dinilai bukan hanya terlibat dalam pemboman yang ada sekarang ini, tetapi terjadinya sejumlah peristiwa yang berkaitan dengan "hilangnya" anak-anak muda, yang menjadi korban perekrutan NII.

Bangsa Indonesia terus disuguhi dengan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya tidak terlalu menjadi ancaman serius. Tetapi, karena mendapatkan "covered" media massa, dan dibumbui dramatisasi dengan berbagai opini oleh orang-orang yang mempunyai tujuan untuk kepentingan tertentu, kemudian masalahnya menjadi sangat serius. Tidak mempunyai dampak keamanan yang sangat berbahaya. Tidak sampai mengancam kedaulatan negara, bahkan ancaman keamanan sekalipun.

Teroris, bom bunuh diri, dan NII hanyalah menjadi sebuah "shadow enemy" (musuh bayangan), yang diarahkan kepada kelompok Islam yang dianggap radikal dan fundamentalis sebagai "common enemy" (musuh bersama) seluruh bangsa. Pola strategi ini hanyalah pola gerakan intelijen, yang mendesain opini yang diarahkan kepada sasaran yang dianggap menjadi ancaman masa depan. Bukan ancaman sekarang. Benih-benih munculnya kelompok radikal dan fundamentalis itu, diantisipasi secara dramatis dengan menggunakan pola opini. Memisahkan dan menghilangkan dukungan dan simpati rakyat terhadap kekuatan radikal dan fundamentalis.

Ketika zaman Ali Murtopo masih menjadi Aspri Presiden Soeharto, pola yang sama diciptakan yaitu dengan menciptakan apa yang disebut sebagai"shadow enemy" dan di blow up yang sangat luar biasa, seperti membuat isu "Komji" (Komando Jihad). Ada tokoh-tokoh yang dikorbankan, seperti mereka-orang-orang yang mempunyai afiliasi dengan Ali Murtopo. Maka, "Komji" yang didesain Ali Murtopo itu, kemudian menjadi "common enemy", dan Ali Murtopo dapat memukul kelompok-kelompok garis keras Islam, yang dianggap menjadi ancaman rezim Soeharto.

Dalam skala global, Presiden AS George Bush, mendeklarasikan perang secara unilateral terhadap Saddam Husien, yang dituduh memiliki senjata pemusnah massal. AS melakukan agresi militer ke Irak, yang menimbulkan korban manusia yang tidak sedikit, terutama kematian rakyat Irak. Bukan hanya Saddam yang mati.

Tetapi, diujung sejarah kekuasaannya, Presiden George Bush, membuat pengakuan bahwa Saddam tidak memiliki senjata pemusnah massal. Isu senjata pemusnah massal Saddam, hanyalah rekaan palsu oleh agen CIA, seperti dituturkan saat ia meninggalkan Gedung Putih. Tindakan preventif CIA dengan menggunakan tangan Presiden George Bush memukul Saddam, karena dinilai sudah menjadi ancaman terhadap kepentingan AS dan sekutunya Israel.

Adakah cerita dan peristiwa tentang teroris, bom bunuh diri, NII, semuanya adalah "rekaan", yang tujuannya agar tidak akan muncul kekuatan Islam radikal (fundamentalis), dan tidak muncul di permukaan landskab politik di Indonesia menjelang pemilu 2014? Dengan terus-menerus diciptakan suasana "fears" (ketakutan) itu, kelompok yang dituduh sebagai Islam radikal dan fundamentalis tidak mampu lagi melakukan konsilidasi.

Selanjutnya, ketakutan yang akut dan kampanye media massa yang massive, dipastikan rakyat Indonesia akan menolak kelompok-kelompok radikal (fundamentalis) yang sejatinya mereka ingin mempraktekkan Islam secara "lurus", tanpa harus berkompromi dengan segala bentuk kemungkaran dan kebathilan.

Adakah di era reformasi ini, yang penuh dengan kebebasan dan keterbukaan, tiba-tiba berlangsung kampanye secara massive perang melawan "terorisme", sedangkan kekuatan yang disebut sebagai teroris, pelaku bom bunuh diri, dan NII, semuanya hanyalah berbentuk artifisial alias "jadi-jadian" belaka, karena tidak ada keterbukaan dalam penangan masalah ini.

Sementara itu, bahaya laten yang menggerogoti kehidupan bangsa ini, semakin membahayakan negara, seperti infiltrasi asing, yang terus menerus yang akan mencaplok dan menguasai Indonesia. Ancaman korupsi yang semakin meluas, tanpa adanya tindakan hukum yang memadai.

Sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, tanpa adanya "law enforcement", hanyalah akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang bangkrut, akibat para pengkhianat, yang tidak dapat dijerat oleh hukum. Di Cina yang menganut idelogi komunis (atheis), para pelaku korupsi dihukum mati, dan tidak ada toleransi. Tetapi, di Indonesia pelaku korupsi, bisa tidur nyenyak, karena mereka tahu hanya akan mendapatkan hukuman yang ringan.

Ancaman masa depan Indonesia bukan satu-satunya dari terorisme, bom bunuh diri, dan NII, tetapi ancaman yang nyata terhadap Indonesia, bangkrutnya moral para penyelenggara negara, yang sudah tidak mampu melindungi negara dan rakyatnya. Karena mereka sudah bermental korup dan tidak terjamah oleh hukum. Wallahu'alam.

http://eramuslim.com

Sabtu, 16 April 2011

Polisi Akui Kecolongan Bom di Mapolres Cirebon

Polisi menyatakan pengamanan di Masjid Mapolres Cirebon Kota, Jawa Barat, tidak ketat. Bahkan, pelaku bom bunuh diri tersebut bisa berada dekat dengan Kapolresta Cirebon, AKBP Herukoco.

“Memang pengamanan di mesjid Mapolres Cirebon tidak ketat, kami sangat menyesalkan kejadian ini. Kita berharap tidak ada lagi,” kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen (Pol) Anton Bahrul Alam di Jakarta, Jumat (15/4/2011).

Anton mengatakan, bom bunuh diri  tersebut terjadi pada pukul 12.20 WIB, saat akan diadakan salat Jumat. “Tiba-tiba ada satu orang ikut salat yang dalam tubuhnya sudah dililitkan bom yang kemudian meledak bomnya, “ ujar Anton.

Jumlah korban luka, menurut Anton mencapai sekira 17 orang. Sementara satu orang tewas dipastikan adalah pelaku. “Kondisi pelaku hancur, dan masih dalam penyelidikan,” kata Anton.

Gerak-gerik Pelaku Bom di Mapolres Cirebon Aneh

Salah satu saksi mata mengatakan pelaku bom bunuh diri di Masjid At-Taqwa, Mapolres Cirebon, mencurigakan setelah masuk masjid.

Pelaku memakai jaket dan topi hitam. Pelaku membawa sajadah namun tidak menggelar sajadah (alas untuk salat) sebagaimana lazimnya orang salat jumat. Selain itu, ia tidak menghadap kiblat.

"Ketika imam salat Jumat ucapkan 'Allahu Akbar', dia buka jaketnya dan teriak 'Allahu Akbar'," ujar salah satu saksi, Jumat (15/4/2011).

Sebagaimana diberitakan, bom meledak di masjid At-Taqwa, Mapolres Cirebon, yang sedang menggelar salat Jumat pukul 12.30 WIB. Bom diledakkan oleh salah satu jamaah.

Jumat, 15 April 2011

Bom Meledak di Masjid Mapolres


BETAPA tidak berperikemanusiaannya pelaku bom teror di Masjid Mapolres Cirebon. Di saat orang hendak melaksanakan Salat Jumat, bom yang dibawanya meledak sehingga melukai puluhan orang yang hendak beribadah.

Pelaku bom teror itu sendiri diduga tewas seketika. Namun tindakan itu telah merusak makna ibadah dan membuat banyak orang menjadi harus menderita. Kebanyakan dari korban mengalami luka karena serpihan bom dan luka bakar.

Aksi teror dengan menggunakan bom memang sudah kita alami sejak zaman Orde Baru. Namun aksi itu menjadi semacam model setelah serangan teror bom tahun 2002 di Kuta, Bali yang menewaskan tidak kurang dari 220 orang.

Kita telah berupaya sekuat tenaga untuk mencegah dan juga menangkapi para pelaku teror. Gembong-gembong aksi teror bahkan berhasil kita tembak mati. Namun penyakit sosial ini tidak pernah bisa benar-benar kita basmi.

Kita belum tahu apa motif dari serangan teror yang terakhir ini di Mapolres Cirebon. Memang bisa ada dua kemungkinan. Pertama, bom di dalam masjid itu tidak sengaja meledak karena bukan itu sasarannya. Kedua, itu sengaja ditujukan kepada institusi kepolisian yang selama ini membongkar operasi dari kelompok mereka.

Kita tidak ingin berspekulasi dari teror bom kali ini. Biarkan aparat keamanan bekerja untuk mengungkap kasus ini. Hal yang jauh lebih penting kita perhatikan, mengapa kita belum juga berhasil membangun masyarakat yang jauh dari kekerasan. Boleh saja kita tidak puas dengan kehidupan yang kita rasakan, namun ekspresinya jangan dengan cara kekerasan.

Peran untuk mengedukasi masyarakat bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kita, masyarakat, juga memiliki tanggung jawab untuk bisa mencerahkan masyarakat. Jangan sampai ada pikiran-pikiran yang destruktif berkembang di tengah masyarakat.

Demokrasi memang memberi kebebasan dan hak untuk mengekspresikan perbedaan. Namun ekspresi itu tidak boleh sampai merugikan dan mencelakakan orang lain, apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain.

Inilah yang sangat kita sesalkan dari aksi teror bom. Mereka begitu enaknya mengekspresikan apa yang menjadi keyakinannya, tanpa mau memedulikan apa yang menjadi hak orang lain.

Mereka yang kebanyakan menjadi korban dari serangan teror mempunyai hak untuk hidup tenang, hak untuk dijauhi rasa ketakutan, dan hak untuk tidak menjadi korban kekerasan. Karena serangan teror yang dilakukan orang-orang tertentu, kini banyak orang yang harus menderita.

Untuk itulah tidak ada alasan membenarkan tindakan kekerasan seperti itu. Bahkan kita harus mengatakan teror bom sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, karena yang lebih banyak menjadi orang adalah orang-orang yang tidak tahu apa-apa.

Atas dasar itu kita mendukung sikap tegas terhadap para pelaku kejahatan kemanusiaan. Kita tidak boleh berkompromi dan harus memberikan hukuman yang keras baik kepada pelaku maupun otak di balik tindakan kekerasan itu.

Kita tidak boleh membiarkan ketenangan dan ketenteram rakyat sampai terganggu. Penegakan hukum yang tegas akan membantu memulihkan keadaan dan membuat masyarakat dijauhkan dari rasa was-was.

Sekali lagi demokrasi jangan dibiarkan dipergunakan secara keliru. Saatnya kita mengembalikan keamanan dan ketertiban. Hal-hal yang memungkinkan dipakai untuk tindak kejahatan harus bisa dikontrol oleh negara. Perdagangan bahan kimia yang memungkinkan dipakai aksi kejahatan teror harus dibatasi seminimum mungkin.

Negara mempunyai kewenangan untuk melakukan itu. Demi menyelamatkan kehidupan masyarakat yang lebih besar, negara harus berani menggunakan kewenangan itu. Jangan biarkan negara diganggu oleh kepentingan-kepentingan kelompok yang tidak jelas.

Kita harus berdiri tegak untuk melarang tindakan yang tidak berperikemanusiaan itu. Apalagi sampai dilakukan di dalam rumah ibadah, ketika orang hendak mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Sungguh keterlaluan tindakan yang dilakukan kali ini. Kita harus berani mengatakan, "enough is enough."

Kamis, 14 April 2011

Semua Berawal dengan Keteladanan, "Rosihan Anwar"

Setiap penulis kolom memiliki gaya penulisan yang khas. Ada penulis yang menyajikan tulisan secara, sebut saja seperti Goenawan Mohammad, ada yang bergaya ceplas-ceplos seperti Harry Roesli, ada juga yang bergaya segar dan jenaka seperti Mahbub Djunaidi.
Setiap gaya tulisan boleh-boleh saja beda. Namun jika diamati, ada kesamaan di antara penulis-penulis tersebut. Kesamaan itu adalah, semua penulis tersebut sangat kaya dengan pengalaman, memiliki pengetahuan yang luas, serta kejelian dalam menangkap persoalan yang ada di sekitarnya.

Begitu pula dengan Rosihan Anwar. Ia adalah seorang penulis yang memiliki ciri-ciri seperti di atas. Rosihan Anwar adalah penulis yang kaya dengan berbagai pengetahuan, mulai dari pengetahuan sejarah, sastra, kebudayaan, filsafat, hingga politik. Seperti diungkapkan oleh Julius Pour dalam pengantar buku ini, semua pengetahuan itu membuat Rosihan Anwar dapat berpikir secara runtut dan memakai bahasa yang jernih.

Ditambah lagi, profesinya sebagai wartawan memungkinkannya mempunyai banyak kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang dari berbagai kalangan, mulai dari rakyat kecil, pejabat, tokoh-tokoh berpengaruh, sampai pesohor. Di sisi lain ia juga berkesempatan menjadi saksi langsung berbagai peristiwa penting.
Hal-hal itulah yang membuat tulisan-tulisan Rosihan Anwar menjadi lebih kaya, penuh warna, dan tampak penguasannya terhadap kompleksitas persoalan dan kemajemukan setiap permasalahan. Tidak heran jika pembaca merasa betah berlama-lama membaca tulisannya. Padahal bukan tidak mungkin persoalan yang disampaikan dalam tulisannya adalah masalah yang cukup serius. Begitu pula tulisan-tulisannya dalam buku Semua Berawal dengan Keteladanan.
Semua Berawal dengan Keteladanan adalah kumpulan kolom Rosihan Anwar yang muncul di tabloid Cek & Ricek. Nama kolom tersebut adalah Halo Selebritis. Seperti lazimnya tabloid hiburan, Cek & Ricek pun berisi berbagai berita seputar selebritis dan dunia hiburan. Namun begitu, tabloid ini masih menyisakan ruang untuk diisi oleh tulisan-tulisan yang memberikan pengayaan kepada pembacanya, itulah kolom Rosihan Anwar. Tidak mengherankan jika kolom ini adalah salah satu tulisan yang selalu ditunggu pembacanya setiap minggu.

Membaca buku ini yang diterbitkan untuk memperingati 85 tahun Rosihan Anwar dan 60 tahun usia perkawinannya dengan Siti Zuraida Sanawi ini, kita dapat melihat bagaimana wartawan tiga jaman itu memandang berbagai persoalan yang ada di masyarakat, mulai dari persoalan kebudayaan, sosial, pers, politik sampai ekonomi. Cara pandang Rosihan Anwar itu sangat beragam, ia dapat saja mengacungkan jempol, geleng-geleng kepala, mengritik pedas, bersikap sinis atau pun mengejek. Kesemuanya disampaikan secara terbuka atau blak-blakan.
Ketika Polri berhasil menangkap Imam Samudra dan Amrozi tersangka peristiwa pemboman di Bali misalnya, Rosihan Anwar secara terbuka memuji prestasi tersebut. Namun, ketika ia menilai para selebriti, entah pelawak ataupun penyanyi rock, yang tiba-tiba di bulan Ramadhan sering muncul membawakan acara agama di malam atau subuh hari, ia seperti menyimpan tanda tanya. Bahkan Rosihan Anwar mempertanyakan, apakah kalau sudah menjadi terkenal seseorang bisa begitu saja dipakai dalam acara dakwah?

Rosihan Anwar Tutup Usia

Metrotvnews.com, Jakarta: Rosihan Anwar meninggal di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis. Jurnalis senior kebanggaan Tanah Air menghadap Sang Khalik sekitar pukul 8.15 WIB.

Pada 24 Maret lalu Rosihan Anwar menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, sebelum kembali opname di RS MMC. Kini jenazah sang budayawan disemayamkan di kediaman di Jalan Surabaya Nomor 13, Menteng, Jakarta Pusat.  Suami mendiang Zuraida itu dimakamkan siang ini.

Sebelum berpulang, putra darah Solok, Sumatra Barat, kelahiran 10 Mei itu, diakui kerabat, menderita sakit jantung. Anak kandung Anwar Maharaja Sutan itu meninggal pada usia 89.

Semasa hidup Rosihan Anwar sangat produktif dalam tulis-menulis. Wartawan multizaman pernah disekap penjajah Belanda. Koran yang dia terbitkan pernah ditutup rezim Presiden Soekarno.

Biografi "Rosihan Anwar"

H. Rosihan Anwar (lahir di Kubang Nan Dua, Solok, Sumatera Barat, 10 Mei 1922 ( umur 88 tahun) adalah tokoh pers Indonesia, meski dirinya lebih tepat dikatakan sebagai sejarawan, sastrawan, bahkan budayawan. Rosihan Anwar yang memulai karier jurnalistiknya sejak berumur 20-an, tercatat telah menulis 21 judul buku dan mungkin ratusan artikel di hampir semua koran dan majalah utama di Indonesia dan di beberapa penerbitan asing. Rosihan Anwar adalah Anak keempat dari sepuluh bersaudara putra Anwar Maharaja Sutan, seorang demang di Padang, Sumatera Barat menyelesaikan sekolah rakyat (HIS) dan SMP (MULO) di Padang. Ia pun melanjutkan pendidikannya ke AMS di Yogyakarta. Dari sana Rosihan mengikuti berbagai workshop di dalam dan di luar negeri, termasuk di Yale University dan School of Journalism di Columbia University, New York, Amerika Serikat.

Rosihan telah hidup dalam 'multi-zaman'. Di masa perjuangan, dirinya pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukitduri, Jakarta Selatan. masa Presiden Soekarno koran miliknya, Pedoman pada 1961 ditutup oleh rezim saat itu. Sayangnya rezim Orde Baru ini pun menutup Pedoman pada tahun 1974-kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di leher para penerimanya. Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961). Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Bersama Usmar Ismail, pada 1950 ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini).

Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946 mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat.

Rosihan menikah dengan Siti Zuraida Binti Moh. Sanawi pada tahun 1947 dan dikaruniai tiga anak.

Selasa, 12 April 2011

Wah, Briptu Norman "Banjir" Rezeki

Bagai tertimpa durian Runtuh. Awalnya banyak orang yang menyangsikan wah malah pulisi di saat tugasnya malah main-main. Banyak orang mengira Briptu Norman akan dipecat atau diturunkan pangkatnya."termasuk saya". eh, ternyata perjalanan waktu, suvei membuktikan, dia tak di pecat, malah sekarang sudah kaya artis yang baru saja terkenal. dimana mana sekarang Sudah kenal dengan Briptu Norman.Dari pihak polri menyadari, bahwa penampilannya sekarang tak akan berlangsung lama seperti para artis sungguhan. Makanya dari pihak kepulisian mempersilahkan kepada briptu norman untuk menghibur masyarakat. Toh nantinya juga lama-lama bosen."hehe".

Katanya, dari kepulisian juga akan memberikan penghargaan kepada beliau. "mantab gan...".

Inilah keberkahan yang didapat dari Briptu norman yang tak disangka-sangka.

Selasa, 05 April 2011

Belajar Menerima..

Didalam kehidupan ini..., terkadang kita sering merasa belum mendapatkan apa yang kita inginkan...,

Namun...., kita semua bisa BELAJAR MENERIMA.... dan MENYUKAI... apa yang kita dapatkan.

Tetaplah kita MENSYUKURI hari ini walaupun sempat bertemu dengan perasaan tidak nyaman..., kecewa, sedih, bahkan sakit hati, karena itulah BUMBU INDAHNYA KEHIDUPAN

Senin, 04 April 2011

Keberkahan

Al-Mutawakkil berkata :

Keberkahan adalah...,

Apabila yang berat terasa ringan,

yang sukar terasa mudah,

yang sedikit terasa banyak,

dan yang sempit terasa lapang...




* semoga kita slalu memiliki hari yang penuh berkah

Minggu, 03 April 2011

Oh Bunda

Kalau bukan engkau yang terus melintas terus dalam fikiran dan jiwaku, mungkin kumemilih berhenti disini, bahkan sejak dahulu. Guratan-guratan wajahmu mengilustrasikan langkah dan harapan besar. Retak-retak kulit tangan dan kakimu menyiratkan jutaan celah kejayaan telah terbuka untuk generasimu. Bunda,,

Sabtu, 02 April 2011

Memulai Bisnis Rumah Makan

Bisnis rumah makan merupakan salah satu peluang usaha yang dapat dijalankan oleh ibu-ibu rumah tangga. Jangan anggap enteng peluang bisnis yang satu ini. Selain dapat dimulai dengan modal kecil, dalam sebulan pun balik modal diproyeksikan bisa terjadi.

Banyak usaha besar yang lahir dari bisnis kecil-kecilan di rumah. Sebut saja perusahaan obat-obatan terkemuka yang lahir dari bisnis yang memanfaatkan garasi rumah. Begitu pula pengakuan pendiri perusahaan kosmetik ternama yang juga memulai bisnis rumahan namun dapat bermetamorfosis hingga beromset milyaran rupiah.
Bagi ibu rumah tangga, memasak sudah menjadi ‘kewajiban’ sehari-hari. Apalagi bagi bunda yang memang hobi memasak, tentu setiap hari berusaha mencari menu baru untuk keluarga. Nah, dari hobi tersebut, kita dapat manfaatkan potensi dan bakat untuk sebuah usaha yang dapat memberikan tambahan income bagi keluarga.

Jumat, 01 April 2011

Enak, Sehat, dan Menjanjikan?! Yuk, Bisnis Frozen Food!


Yang namanya makanan tetap menjadi primadona dalam bisnis karena tergolong kebutuhan dasar manusia. Tak terkecuali makanan cepat saji seperti frozen food (makanan beku) yang gampang disajikan dan rasanya pun enak. Selain itu, keuntungan dari bisnis frozen food juga menjanjikan. Inilah channel bisnis yang sekarang ditekuni Salimah Prima Cita yang berkomitmen menyediakan makanan enak, sehat, tanpa bahan pengawet, dan harganya pun terjangkau. Hmm…mau coba?!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More